Skip to main content

Kita Bagai Merkurius dan Pluto


Tak ada sedikitpun niat untuk mencari perbedaan, namun perbedaan kita memang sangat jauh.  Tidak hanya seperti langit dan bumi yang meskipun berbeda, tapi tidak begitu jauh karena masih dalam satu planet. Kita bahkan bagai Merkurius dan Pluto. Kau begitu dekat dengan matahari, kau begitu terang, hangat dan selalu mendapat sinarnya. Sementara aku begitu gelap, dingin dan terasing. Aku bahkan sudah tidak dianggap lagi sebagai sebuah planet, karena jarak yang sangat jauh dari Matahari, terasing, terkucil, dan tidak lagi berjalan dalam orbit mengelilingi Matahari.

Kau pasti tahu bukan, Merkurius dan Bumi saja kerap saling menyombongkan diri mereka. Merkurius mengatakan bahwa dia adalah planet yang paling terang dan hangat, meski hangat adalah istilah yang ia ciptakan sendiri. Sementara Bumi, tentu saja ia membanggakan kehidupan makhluk yang ada di dalamnya. Dan... Kau lihat sendiri bukan? Merkurius dan Bumi saja yang berjarak cukup dekat karena hanya dibatasi sebuah planet, tidak bisa akur dan kerap kali bertengkar. Lalu bagaimana mungkin Merkurius dan Pluto bisa akur, bahkan saling berteman? Apa karena Merkurius hanya merasa kasihan melihat Pluto yang memang sudah berjarak jauh tapi masih saja dijauhi?

Teman.... Jika itu memang benar, maka aku tak ingin kau mengasihaniku seperti Merkurius mengasihani Pluto. Meski aku kecil dan terasing seperti Pluto, tapi tolong... Jangan bersikap mengasihani ku! Karena rasa kasihan mu itu hanya akan membuatku merasa semakin benci pada diriku sendiri.

Kau tahu teman? Seperti halnya aku yang tidak mampu mengendalikan perasaanku, Pluto juga tidak memiliki kemampuan untuk membersihkan lingkungan sekitarnya dari objek lain saat dia bergerak melalui orbitnya. Karena hal itulah, para astronom sepakat mengeluarkannya sebagai planet dalam tata surya. Kalau boleh, sebenarnya Pluto ingin protes, tapi pada siapa? Dia bahkan takut jika Tuhan murka dengan kata-kata protesnya.
"Kenapa semua planet lain memiliki kemampuan itu dan hanya aku yang tidak? Aku ini kecil, tapi kenapa aku yang jaraknya paling jauh dari Matahari?".

Tapi, kata-kata protesnya itu hanya ia simpan dihati. Dia tak ingin jika terlanjur mengeluarkan kata-kata itu, planet lain akan mendengar dan mengadu kepada Tuhan sehingga Tuhan menjadi murka. Meskipun Tuhan mengetahui apa isi hatinya, namun ia yakin Tuhan akan memaafkannya karena ia hanya menyimpan dan tidak menyuarakan kata-kata protesnya.

Dan kau tahu teman? Setelah tak dianggap sebagai planet, ia akan terlupakan. Bahkan beberapa tahun kedepan, anak SD pun mungkin tidak akan tahu kalau Pluto pernah menjadi planet. Lalu perlahan-lahan ia akan menghilang.

Dan seperti Pluto, aku juga ingin menghilang. Bukan hanya karena aku kecil dan terasing, tapi... karena aku sudah mengotori pertemanan kita dengan rasa sukaku kepadamu. Sementara aku tak boleh dan tak seharusnya menyukaimu.

Selamat tinggal teman. Terima kasih sudah pernah menjadi temanku. Aku menyayangimu....

Comments

Popular posts from this blog

Tujuh Tahunku

Setelah bekerja selama 7 tahun pada akhirnya memutuskan untuk mengundurkan diri di Bulan Desember ini. Perjalanan yang cukup panjang dari Oktober 2016 sampai Desember 2023. Pahit manis dan suka duka sudah banyak dilalui selama perjalanan tujuh tahun ini. Apakah merasa menyesal? Tidak, sama sekali tidak. Karena memang sudah lama punya keinginan untuk berhenti. Dari awal mengajukan surat ke personalia juga sudah merasa yakin kalau nantinya tidak akan menyesal. Bahkan beberapa tahun silam ketika masih jadi tim pembina sudah pernah juga terbesit keinginan untuk berhenti. Tapi masih bertahan karena beberapa kondisi.  Surat resign nya sebenarnya pertama kali dibuat secara utuh pada minggu awal bulan September 2023, karena memang pada waktu itu ada kejadian yang sangat "menyentil" sehingga keinginan lama untuk berhenti yang sudah terpendam itu seolah meronta-ronta karena merasa sangat tidak tahan dengan kejadian itu. Tapi entah kenapa masih bisa bertahan karena merasa ini masih haru...